Bangka Belitung, MPH
Babel darurat sampah. Salah satunya di TPA Parit 6 Kota Pangkalpinang dimana lahan perkir sampah yang sudah overload.
Sistem pengolahan sampah yang masih tradisional menjadi alasan volume sampah menjadi overload.
Di Kota Pangkalpinang, TPA Parit 6 menampung +- 120 ton per hari dimana sebagian besar limbah sampah terdiri dari sampah organik dan plastik, data bersumber dari DLH Kota Pangkalpinang. Kondisi TPA yang sudah overload menjadi titik tolak bahwa sampah yang ada di Babel khususnya Kota Pangkalpinang layak untuk segera diatasi dengan intensif dan kolaboratif.
Di Kota Sungailiat Kab. Bangka Induk, TPA Kenanga setiap hari menampung sampah +- (60-70) ton dimana sampah ini berasal dari limbah domestik rumah tangga dan sektor lainnya diwilayah sekitar.Jika bisa dikelola dengan baik akan meningkatkan pendapatan daerah.
Dalam studi riset yang dilakukan oleh salah satu Mahasiswa Pascasarjana ISB Atma Luhur Pangkalpinang menyebutkan identifikasi masalah persampahan yang ada di TPA masing-masing daerah ini (Parit 6 dan Kenanga) membutuhkan strategi manajerial kolaborarif dimana pengolahan sampah bisa berdampak pada PAD masing-masing.
“Secara teknis, jika itu untuk PAD maka domainnya adalah bisnis. Rencana strategi bisnis kita dengan m lakukan studi tiru ke daerah yang sudah mampu mengelola sampah, Banyumas contohnya. Kita lakukan pemilahan sampah serta menjamin segmentasi pasar. Data sampah yang mempunyai nilai jual. Sidoarjo dan Surabaya permintaan itu tidak terbatas,” ungkap kiki sebagai mahasiswa peneliti.
“Saya sudah soundingkan ke pemerintah terkait juga stakeholder bahwa sampah yang ada di Babel khususnya di kedua kota ini mesti diolah karena sangat kritis. Proses manajemen pengolahan sampah ini akan memberi dampak luas dari sisi Supply Chain Management (Rantai Pasok) bahan baku yang tak terbatas hingga penyerapan SDM untuk pemilahan sebagai Lapangan Pekerjaan,” tutupnya.
Terpisah dilain hal, kesadaran masyarakat akan potensi sampah bernilai jual masih terbatas. Untuk mendukung upaya ini, pemerintah juga stakeholder betul-betul mendukung agar concern terhadap pengolahan sampah yang menjadi masalah klasik di Babel. Ini menjadi dasar untuk menggapai sebuah kemungkinan menuju Program Hijau Biru Babelku di 2030. (tim)